PUISI PENGGALANG
Monday, October 09, 2017
Add Comment
KUMPULAN PUISI PENGGALANG
SATYAKU KUDARMAKAN, DARMAKU KUBAKTIKAN
KARYA : THANIL. ABU
Wahai sahabatku, !
Ingatlah ,di dalam tubuh itu ada gumpalan darah.Bila darah itu baik, baiklah semua jasad dan kelakuan manusia.Bila darah itu buruk, maka buruklah semua . Ingat itu adalah hatimu.
Kami adalah benih, yang siap disemaikan di ladang harapan.Kami adalah hujan, yang dapat menyuburkan sekuntum harapan.Kami adalah mentari, yang dapat menghangatkan badan-badan yang lemah. Kami adalah guntur, yang dapat mengelegar diangkasa raya.
Aku pramuka indonesia !
Tiada yang utama dari ponolong yang lemah. Menegakan kebenaran tanpa ada koponggahan.Bertanggung jawab ,karena sadar bahwa kehormatan itu suci.
Jika tunas-tunas muda, tak lagi menjadi daun. Jika doa-doa tak lagi berharap. Jika asa tak lagi menjadi damba. Kita adalah jiwa-jiwa pemersatu bangsa.
Pramuka indonesia !
Jangan jatuhkan, bila gelas-gelas itu telah retak. Namun simpanlah dan carilah perekatnya.Karena kita berdiri dinegeri perdamaian.Tiada sifat yang paling buruk,kecuali manusia pelanggar janji.
Tiada kejam dan kemurkaan yang amat sangat. Kecuali manusia,yang minum darah saudaranya sendiri.Tiada kemunafikan yang paling buruk,kecuali orang yang tak berpendirian.Tak ada siksa yang paling kejam,kecuali bagi kita yang tak berterimah kasih atas rahmatNya.Tuhan Yang Maha Esa.Hanya sebaid darmaku,
kusembahkan padaMu.
Lilin-lilin kecil telah padam,Tak lagi menyinari malam. Hanya bayang semu membias kerintis jalan.Menapaki kaki-kaki yang bijak.Kita berkumpul untuk bersatu,bersaudara,bekerja, saling ingatkan dari dosa. Inilah sabda alamku.
Jayalah selalu, Pramuka Indonesia.
WALAU PELUH MENYELIMUTI TUBUHKU
KARYA : THANIL. ABU
Hari ini pijakan kakiku melintasi rawa beningmu
Menghimpit jemari yang lesuh, bak berlumpur
Tiada kata lelah untuk mengapai satu harapan pasti
Kutengadah langit membiru yang penuh dengan sejuta asa
Mewarnai semua impian cinta dan harapan
Jika hari ini aku belum berhasil, jika hari ini aku tetap gagal,
kupercaya ada nada-nada senyum
kupercaya ada nada-nada senyum
Bernyanyi untukku.
Jika sebaid doa tetap berharap, jika sepuing asa masih menanbah, aku tetap pasti menghalau semua halang.
Demi engkau PRAMUKA SEJATIKU
Kaki yang dekil ini, terseok diatas rerumputan hayal
Tubuh yang legam ini, terhempas diatas buaiyan mimpi
Aku tetap memburu sejuta damai diatas ribuan cinta
Walau peluh menyelimuti tubuh ini.
Adakah sepenggal duka dalam harapan yang tak sampai ?
Adakah secuil nestapa dalam raut yang menengadah ?
Hanya doa dan harapan kusembahkan padaMU.
Buih-buih ombak menari diatas riaknya golombang
Menerpa wajah sang petualang cinta
Dalam pekikan suara penanam budi
Untuk menuai seggenggam damba, dalam untaian lagu persahabatan.
PRAMUKA INDONESIA
Bila peluhku tak lagi mengalir.
Bertanda jiwaku mati .............. oh sang pembela diri
Warnai hidupku, agar aku dapat hidup sejuta tahun lagi.
PENGGALANG YANG GAGAH
KARYA : THANIL. ABU
KARYA : THANIL. ABU
Dulu.... aku siaga
Sekarang aku penggalag
Kupakai seragam pramuka
Aku nampak gagah
Kacuku berwarna merah putih
Bajuku berwarna coklat muda
Celanaku berwarna coklat tua
Oh..... alangkah gagahnya penampilanku
Sangkur dipinggang kiri, tali dipinggang kanan
Baretku yang tegak, setegak hati anak pramuka
Kubawa tongkat berjalan dengan tegap, benyanyi dengan riang
Aku pramuka penggalang.
Bunyi langkahku, seirama dengan nada simponimu
Lambaian tanganku, sesahdu bisikanmu
Tiupan sumpritanku, bagai serunai anak gembala
Membawa damai sang pengabdi alam.
SAAT AKU MERENUNG
KARYA : THANIL. ABU
Bibir ini kaku, diam seribu bahasa
Kutermenung dengan wajah yang penuh pilu
Membayangkan nasib di penghujung waktu
Membawa impianku menerewang dalam senja.
Raut wajah ini berbinar disaat hati mulai gundah
Seakan telinga tak mau lagi mendengar
Pikiranku menerawang kelangit ketujuh
Seakan membawaku dalam surga impian
Menghibur jiwa dalam kesedihan yang berkepanjangan
Orang-orang tak mau lagi peduli padaku
Orang-orang tak mau lagi merabah tubuhku
Seakan-akan mereka jijik dan muak melihatku
TUHAN
Jika nasibku terhuyung dalam dosa, maafkanlah aku
Jika budiku terlupakan oleh waktu, ampunilah aku
Jika asaku terhempas dalam dendam, jinakkanlah aku
Kupercaya Engkau pengabdi cinta
Yang mampu melebur semua dosa
Inilah sebaid cinta kupinta dariMU.
Dinding hatiku tinggal puing yang berserahkan
Tak lagi sokokoh benteng pertempuran
Untuk melawan jeritan hati yang penuh luka
Melebur dendam yang terkulai dosa
Mencair dalam maaf yang terurai
HIDUP ADALAH PERJUANGAN
KARYA : THANIL. ABU
Kuberjalan melintasi rintis yang sempit
Membawa seuntai kasih,dalam bayang kehidupan
Nuansa alam menyibak penggaggas jiwa petualangku
Menambah suasana hati riang,dalam keterpurukan batin
Yang menyibak secuil dendam.
Deru suara kenderaan yang memekikan telinga,
mengajariku betapa derasnya Ombak kehidupan.
mengajariku betapa derasnya Ombak kehidupan.
Serunai anak gembala mengalun tanpa ada nada yang sumbang,
mengigatkanku Betapa beriramanya lagu kesdihan
mengigatkanku Betapa beriramanya lagu kesdihan
Alur hidup manusia dalam tangan sang pencipta. Bagai roda pedati berputar
Kadang diatas, kadang dibawah.
Laba-laba tak lagi membuat jaring seindah kolopak bunga mawar
Jangrik tak lagi bernyanyi, semerdu alunanan tembang semusim
Semua.....................kosong...................hampa................tak berdaya
Kutebas semua dendam untuk mencari sebuah arti kemenangan
Dalam renungan malam untuk membawa mimpi menjadi kenyataan
Kakiku tak berhenti walaupun lelah menghuyung nadi-nadi persendianku
Tubuh ini terus merambah walau langkah terseok dan kaku
Kuberjalan dalam tubuh yang sompoyongan
Untuk menggapai sebuah arti kehidupan
BALADA ANAK PENGEMIS
KARYA : THANIL. ABU
Tubuh yang legam, rambut yang kusam
Muka yang pasih, tubuh yang lusuh
Menyusuri setiap gang dan kanal
Mengikuti kemana langkah akan berhenti
Ia menadahkan tangan berharap sekeping rupiah
Jatuh ditangan yang gemetar, dari sang penabur amal hari ini
Segenggam doa ia berharap
Seuntai asa ia menanbah
Sepuing damba ia menjawab
Semoga rezeki hari ini dapat mengganjal perut yang telah kosong
Buatmu ayah ...ibu..yang telah rentah termakan usia
Dibilik bambu yang beratap langit nan reok pula
Mereka habiskan dengan sisa-sisa hidup di penghujung waktu
Tanpa nada, tanpa irama dalam sebuah konser kehidupan ibu kota.
TAPAK KAKI YANG BIJAK
Kami yang berjalan diatas kerikil tajam,
dibawah terik mentari dengan tubuh Yang terkulai
dibawah terik mentari dengan tubuh Yang terkulai
Kami yang menyapa dengan lembut dan haru,dalam dekapan dentuman meriammu
Sebagai prajurit satria yang hanyut dalam kelam
Sebagai bakti kami kepadamu, Pahlawan ibu pertiwi
Kelelahan yang kami rasakan hanyalah segelintir pengorbananmu
Langkah yang gontai sebagai pengganti jasadmu,
yang pupus dalam medan Perjuangan
yang pupus dalam medan Perjuangan
Andaikan aku masih dapat menjabat tanganmu
Andaikan aku masih dapat melihat wajahmu
Akan kutunjukan keberanian anak negrimu
Dalam suara memborondong meriam, kau tetap mengancung bambu runcingmu
Diantara satu melawan seribu
Maju.... sekali maju pantang mundur kau surut....
Kau tak pernah mengeluh, kau tak pernah merengek
Segeggam harapan kepuasan dalam kemenagan
Berkobar dalam dada sang prajurut negri
Untuk mengibarkan bendera kemerdekaan
Walaupun kamu tlah tiada, sinar dan harapan masih terlintas dalam benak
Setiap anak negri ini, bak melati teruntai dalam kalung keabadian , Gemerlap dalam gelapnya malam. Kau pahlawanku !
Semangat perjuanganmu menjadi tiru anak bangsa. Di persada tanah leluhur
Kami yang tinggal meneruskan perjuanganmu, berhati baja,
berjiwa satria. Diantara tapak kaki kami yang bijak.
berjiwa satria. Diantara tapak kaki kami yang bijak.
0 Response to "PUISI PENGGALANG"
Post a Comment